Subscribe News Feed Subscribe Comments

setitik embun

Cinta Kasih yang Dicela dan yang Dibolehkan

Jika tujuan cinta kasih adalah untuk mencapai tujuan dan maksud yang tercela seperti memaksa teman, menguasai harta anak yatim, mendzalimi rakyat dengan menguasai pengadian atau sejenisnya, maka cinta kasih dengan tujuan tersebut merupakan cinta kasih yang tercela.

Namun jika cinta kasih tersebut ditujukan untuk sesuatu yang mubah, maka ia juga mubah.
akan tetapi ia juga merupakan wasilah (perantara), hikmah, dan juga maksud dari tujuan. Cinta kasih ini mengikut pada wasilah dan sifatnya, ia tidak bisa berdiri sendiri pada sesuatu yang dicintai.

Hal ini karena, jalan untuk menuju sesuatu yang dicintai adalah sesuatu yang dicintai juga.

Oleh karena itu, orang-orang menyukai emas dan perak, padahal mereka tidak punya keinginan pada keduanya karena emas dan perak tidak bisa dimakan. Akan tetapi ia bisa menjadi perantara pada sesuatu yang disukai. Di antara orang ada yang menyukai emas dan perak karena emas dan perak dapat digunakan sebagai alat perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dituju. Selain itu, ia juga bisa digunakan untuk mendapatkan pangkat, kedudukan, harta, dan juga ilmu. hal ini sebagaimana seorang lelaki yang menyukai kekuasaan karena ia dapat bermanfaat pada harta dan kedudukannya. Dan orang-orang menyukai akan keistimewaan emas dan perak karena mereka menganggap baik barang tersebut. Jika sesuatu yang dicintai hanya memiliki faedah terbatas pada faedah dunia, maka mencintainya tidak termasuk pada kelompok cinta kasih karena Allah.

Jika faedahnya tidak terbatas pada faedah dunia, namun yang diinginkan oleh orang yang mencintai hanyalah faedah dunia seperti cinta seorang pelajar pada gurunya, maka ia juga tidak dari kelompok cinta kasih karena Allah, ia mencintai sang guru hanya untk mendapatkan perhatiannya.

Rasa cinta terhadap orang lain itu tidak disebabkan karena harta benda dunia, namun ia dicintai disebabkan karena amal akhiratnya. Cinta kasih seperti ini sangat jelas dan tidak ada keraguan padanya. Hal ini seperti orang yang mencintai seorang guru, ini ia lakukan sebagai perantara untuk memperoleh ilmu dan memperbaiki amalnya dengan ilmu yang diperoleh.

Tujuan utama orang tersebut mencintai sang guru adalah untuk memperoleh ilmu dan mengamalkannya serta untuk kebahagiaan akhirat. Tujuan[tujuan tersebut merupakan sejumlah tujuan orang yang mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Begitu juga sang guru yang mencintai muridnya. Hal ini karena seorang murid adalah orang yang menuntut ilmu dari sang guru. Dengan perantara sang guru, murid bisa mencapai derajat sebagai murid, dan ia bisa mencapai derajat yang tinggi di sisi TuhanPencipta langit. Nabi Isa a.s. berkata: Barangsiapa yang belajar dan mengamalkan ilmu yang diperoleh maka ia akan memperoleh derajat yang agung di sisi Tuhan Pencipta langit.

Proses belajar mengajar tidak akan sempurna dengan tanpa adanya murid. Jadi, seorang murid adalah salah satu syarat untuk mencapai kesempurnaan tersebut. Jadi, mencintai seorang murid (merupakan hal yang diharuskan) karena ia termasuk syarat untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini karena murid merupakan awal mula seorang guru menanam tanaman di bumi ini dan murid juga menyebabkan naiknya seorang guru hingga mencapai kedudukan yang agung di sisi Tuhan Pencipta langit.

Barang siapa yang menikahi seorang wanita shalehah untuk menjaga wanita itu dari gangguan syaithan, dan untuk menjaga Agamanya, atau supaya ia bisa melahirkan anak yang shaleh yang akan mendoakannya, dan orang itu mencintai istrinya karena ia merupakan perantara untuk mendapatkan tujuan Agama, maka orang tersebut telah mencintai karena Allah. Oleh sebab itu hadist telah menjelaskan akan pahala yang disegerakan kepada orang yang memberi nafkah kepada keluarganya meskipun hanya berupa satu suapan yang diletakkan seorang lelaki di mulut istrinya.

Begitu pula cinta seorang wanita muk'min yang mencintai seorang lelaki shaleh agar lelaki tersebut dapat menjadi imam yang bisa mengantarkan dirinya menuju tanah surgawi sejati yang diridai Allah Azza wa Jalla.

(Diintisarikan dari: Bergaul ala Penghuni Surga oleh Imam al - Ghazali)


0 komentar:

Posting Komentar

 
TNB | Distributed by Deluxe Templates